Mikroorganisme Tanah
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum)
adalah bagian kerak bumi yang
tersusun dari mineral dan
bahan organik.
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus
sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga
menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernapas dan tumbuh.
Tanah adalah tempat hidup
bakteri-bakteri penting. Mikroorganisme tanah dapat menguraikan zat beracun
yang berasal dari polusi. Hal ini menjadi dasar bioremediasi, yaitu penggunaan
mikroorganisme untuk mendetoksifikasi dan menguraikan zat berbahaya
dalam lingkungan atau setruktur tanah ketersediaan hara, dan menahan kapasitas
air semuanya dipengaruhi oleh, atau tergantung pada, mikroorganisme tanah.
Semua mikroorganisme tersebut adalah biota tanah yang berfungsi di ekosistem
bawah tanah di akar tumbuhan dan sampah sebagai sumber makanan.
Penyinaran
(radiasi) dari matahari berpengaruh besar terhadap kehidupan
mikroorganisme di dalam tanah. Partikel tanah, elemen-elemen, pH, udara, air,
sinar adalah komponen-komponen anorganik, mereka merupakan faktor-faktor alam.
Di dalam tanah terdapat juga hancuran dari sisa makhluk hidup, yang mana bagian-bagian
ini merupakan komponen-komponen organik.
Tanah yang mempunyai nilai
produktivitas yang tinggi, tidak hanya terdiri dari bagian padat, cair dan
udara saja, tetapi harus ada jasad hidup yang merupakan organisme hidup.
Sebaliknya aktivitas organisme tanah dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
a) Iklim organisme
tanah lebih banyak ditemui jumlah (populasi) nya dan keragamannya pada tanah
didaerah yang mempunyai curah hujan dan temperatur yang tinggi dibandingkan di
daerah yang mempunyai curah hujan dan temperatur rendah.
b) Tanah tingkat
kemasaman, kandungan hara dan umur tanah dapat mempengaruhi organisme dalam
tanah. Bakteri lebih banyak ditemui pada daerah yang berkemasaman sedang
(normal), sedangkan jamur/cendawan lebih banyak pada tanah yang kemasaman
rendah (masam). Tanah-tanah yang diberi kapur dan pupuk, umumnya lebih banyak
populasi organismenya. Pada tanah perawan, populasi dan keragaman organisme-nya
lebih banyak dibandingkan pada tanah-tanah tua.
c) Vegetasi pada lokasi
tanah-tanah hutan ditemui organisme yang lebih banyak dan lebih beragam
dibandingkan pada lokasi padang rumput.
Di
permukaan tanah terdapat mikroorganisme dalam jumlah dan variasi yang banyak.
Hal tersebut karena permukaan tanah mengandung banyak sumber makanan dari
tumbuhan dan hewan. Biota tanah membentuk sistem
berdasarkan energi dan nutrisi yang dihasilkan dari proses dekomposisi tumbuhan dan hewan. Dekomposer primer adalah bakteri dan jamur.
Mikroorganisme seperti alga dan lumut kerak adalah koloni yang menghuni
permukaan batu. Kolonisasi organisme ini merupakan proses awal pembentukan
tanah yang diperlukan oleh tumbuhan tingkat tinggi melalui proses dekomposisi oleh decomposer..
Dekomposer mengurai, mendaur ulang energi, karbon, dan nutrisi dalam
tumbuhan dan hewan mati menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan. Oleh karena itu, mikroorganisme memegang peran penting dalam proses kehidupan di bumi. Perubahan bentuk elemen dalam proses
dekomposisi dijabarkan pada siklus elemen.
2.2 Peran Mikroorganisme dalam Tanah
Mikroorganisme terdapat
pada tanah yang subur. Mengapa sampai mikroorganisme berperan dalam menentukan
tanah yang subur? Alasannya adalah karena:
a)
Mikroorganisme
Pemantap Agregat
Stabilitas
agregat pada umumnya meningkat dengan makin banyaknya jumlah mikroorganisme
(Lynch,1987). Hal ini dapat dilihat dari penambahan jumlah bakteri (Azotobacter
chroococcum dan Pseudomonas sp.) dan ragi (Lypomyces
starkeyi) yang ternyata meningkatkan stabilitas agregat terhadap kekuatan
air. Sebaliknya tanah yang ditambah jenis jamur (Mucor hiemalis)
menunjukkan hasil yang berbeda. Berbeda
dengan kasus jamur , dengan adanya jamur perekatan ini tidak terjadi, karena
hifa jamur akan menghalangi kontak antara partikel tanah dengan bakteri
disekelilingnya. Namun dalam kondisi yang lain, hifa jamur dapat melindungi
agregat primer yang dibentuk oleh perekatan bakteri untuk membentuk agregat
sekunder. Di alam,bahan perekat yang dijumpai jarang yang berupa mikroorganisme
saja, tetapi umumnya berkombinasi dengan ikatan asam organik (Hillel, 1982).
b)
Mikroorganisme
Pendorong Serapan Hara
Pemanfaatan
mikroorganisme tanah untuk meningkatkan efisiensi serapan hara oleh akar
tanaman pada umumnya melalui peningkatan kelarutan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman baik yang berasal dari pupuk maupun yang berasal dari mineral tanah dan
atau peningkatan kemampuan akar menyerap hara. Hal ini berkaitan dengan bakteri
pelarut hara dan yang berkaitan dengan jamur mikoriza. Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. adalah
jenis bakteri yang mampu meningkatkan kelarutan fosfat dalam tanah. Namun
menurut Lynch (1983) jenis yang pertama mampu mengakumulasi nitrit, sehingga
dapat meracuni tanaman. Pseudomonas fluorescens-putida mampu
membentuk koloni di rhizosfer dengan cepat sehingga dapat meningkatkan hasil
kentang, bit gula dan lobak sebanyak 144 %. Pada tanaman kedelai kombinasi
antara Pseudomonas putida dan Azospirillum sp. meningkatkan
serapan N dan P. Pemberian bakteri pelarut fosfat juga meningkatkan laju
pertumbuhan bibit lamtoro, meningkatkan ketersediaan fosfat pada tanah ber pH
tinggi >7 dan kadar P tanah tersedia tinggi (95 ppm).
Peran
mikroorganisme tanah yang menguntungkan contohnya dalam proses biogeokimia sebagai berikut:
a.
Siklus Karbon
Pada siklus karbon, mikroorganisme mengubah sisa-sisa
jasad tumbuhan dan hewan menjadi karbon dioksida dan bahan organik tanah yang
disebut humus. Humus meningkatkan kapasitas tanah untuk menampung air,
menyediakan nutrisi bagi
tumbuhan, dan mendukung pembentukan tanah. Tahap pertama dalam siklus karbon
(fotosintesis) CO bergabung didalam senyawa-senyawa organic oleh jasad
fotoautrotrof seperti tumbuhan hijau, algae, dan bakteri. Tahap berikutnya pada
siklus ini, kemoautotrof yang menggunakan senyawa-senyawa organic. Hewan-hewan
memakan jasad fotoautotrof terutama tumbuhan hijau dan binatang lain, sehingga
dengan peristiwa makan memakan inilah terjadi transfer karbon dioksida dari
jasad yang satu ke jasad yang lain. Bakteri yang berperan dalam siklus ini yaitu Metylococcus yang menoksidasi metan menjadi karbon.
b. Siklus Nitrogen
Nitrogen merupakan salah satu unsure
yang diperlukan oleh semua jasad hidup unutk sintesis. Pada
siklus nitrogen terjadi beberapa reaksi/proses yaitu:1) amonifikasi, 2)
nitrifikasi 3) denitrifikasi, 4) fiksasi nitrogen. Mikroorganisme yang berperan
dalam proses fiksasi nitrogen seperti Azotobact,. er, Clostridium, Enterobacter, Bacillus,
Rhodospirillum, Chlorobium, Cyanobacteria. Populasi tertinggi ditemukan adalah Rhizobium sp. Mikroorganisme
tanah berperan dalam siklus nitrogen. Atmosfer mengandung
80% nitrogen (N2), yaitu bentuk nitrogen yang hanya dapat digunakan oleh
tumbuhan jika diubah dalam bentuk amonia (NH3). Perubahan bentuk menjadi amonia
dilakukan oleh bakteri tanah melalui proses fiksasi N2 atau oleh manusia
(dengan menggunakan pupuk). Hampir semua nitrogen yang terdapat dalam tanah
berada dalam molekul-molekul organic, terutama dalam molekul-molekul protein.
Yang terkandung dalam jasad hidup. Jika jasad hidup mati maka terjadi proses
perombakan molekul protein menjadi asam-asam amino. Bakteri tanah juga terlibat
dalam proses denitrifikasi yang mengembalikan oksigen ke atmosfer dengan
mengubah NO3 menjadi N2 atau gas N2O.
2.3 Jenis-jenis dan Fungsi Mikroorganisme
dalam Tanah
a.
Bakteri
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria)
adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Beberapa kelompok
bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat
dibidang pangan, pengobatan, dan industri.
Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu
bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.
Bakteri dapat dibedakan
menjadi dua yaitu autotroph dan heterotroph. Autotroph yaitu bakteri yang
menghasilkan makanannya sendiri dari bahan anorganik, misalnya melalui proses
photosintesis. Heterotroph yaitu bakteri yang mendapatkan makanannya dari bahan
organik yang telah ada. Beberapa jenis bakteri dalam tanah seperti Azotobacter,
Pseudomonas, Rhizobium, Bradyrhizobium, Agrobacterium, Nitrosomonas,
Nitrobacter.
b.
Jamur
Jamur adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Beberapa
jamur yang biasa ditemukan pada tanah diantaranya adalah Penicillium sp., Trichoderma
harzianum., Rhizopus sp., Humicola sp., Fusarium sp., Phytophthora infestans.,
dan Aspergillus sp. Jamur tanah
merupakan salah satu mikroorganisme yang paling banyak ditemui di tanah.
Kebanyakan jamur pathogen terhadap tanaman. Spesies Aspergillus merupakan jamur
yang umum ditemukan di tanah. Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis
yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia ialah Aspergillus flavus, Aspergillus niger, dan Aspergillus fumigatus
yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi. Umumnya Aspergillus akan
menginfeksi paru-paru. Aspergillus dapat menyebabkan banyak penyakit pada
manusia, bisa jadi akibat reaksi hipersensitivitas atau invasi langsung.
Penyakit yang ditimbulkan diantaranya adalah aflatoxicosis, aspergillosis, dan
aspergillosis. Peran ekologi jamur yaitu berperan dalam dinamika air/drainase, siklus hara dan
pengendalian penyakit, bersama dengan bakteri, jamur berperan penting dalam
proses dekomposisi pada rantai makanan tanah, jamur dapat mengkonversi bahan
aorganik menjadi bahan yang dapat dimanfaatkan oleh organisme lain, hifa jamur
secara fisik berfungsi sebagai perekat pada agregat tanah sehingga dapat
memperbaiki stabilitas agregat tanah yang dapat meningkatkan infiltrasi dan
kapasitas menahan air. Patogen atau parasit dari jamur yaitu menyebabkan
produksi tanaman menurun atau mati jika mengkoloni akar dan dapat menyebabkan
kematian pada organisme lain, peran positifnya dapat mengeliminir hama tanaman
tertentu sehingga dapat dipakai untuk pengendalian hama dan penyakit secara
biologi.
c.
Alga
Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme
autotrof yang tidak
memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga
mempunyai klorofil dan terdiri dari green algae, blue green algae, yellow green
algae, dan diatomae. Berkembang biak pada tanah yang subur. Pada tanaman padi
sawah alga membantu mempertahankan jumlah N dalam tanah dengan mengikat N yang
ada di udara.
Ganggang tanah dibagi menjadi tiga golongan umum:
· Hijau-biru
· Hijau
· Diatome
d. Protozoa
Protozoa merupakan
hewan bersel satu yang memakan bakteri, sehingga dapat menghambat daur ulang
unsur hara atau menghambat berbagai proses dalam tanah yang melibatkan
bakteri. Habitatnya lingkungan berair/kelembaban tinggi, paling banyak
dijumpai pada tanah terutama pada tanah dengan tekstur kasar dan kandungan liat
yg tinggi. Peranannya dalam kesuburan
tanah merupakan pensuply nitrogen (di rizosfer) dalam tanah,
mengatur/menstimulir populasi bakteri “dekomposisi dan agregasi tanah dan
organisme pathogen.
Fungsi Protozoa:
1.
Protozoa membantu mengisikan dgn mineral nutrisi, yang
membuat mereka tersedia untuk digunakan oleh tanaman dan organisme tanah yang
lain.
2.
Protozoa mengatur populasi bakteri saat mereka
merumput di bakteri dan tampaknya untuk merangsang pertumbuhan populasi
bakteri.
3.
Protozoa merupakan sumber makanan bagi organisme tanah
yang lain.
4.
Mereka membantu untuk menekan penyakit dengan memberi
makan pada patogen.
Fungsi
Mikroorganisme dalam Tanah
Mikroorganisme penyubur tanah yang
sering digunakan dalam bidang pertanian antara lain adalah:
a. Bakteri Fiksasi Nitrogen
Hara N
sebenarnya tersedia melimpah di udara kurang lebih 74%. Namun, N udara tidak
dapat langsung diserap oleh tanaman. Tidak ada satupun tanaman yang dapat
menyerap N dari udara. N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah
bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang
bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas di sekitar perakaran
tanaman.
Berbagai
jenis bakteri fiksasi N2 secara hayati, antara lain terdiri atas rhizobia,
sianobakter (ganggang hijau biru), bakteri foto-autotrofik pada air tergenang
dan permukaan tanah, dan bakteri heterotrofik dalam tanah dan zona akar (Ladha
and Reddy 1995, Boddey et al. 1995, Kyuma 2004). Bakteri fiksasi N2 yang hidup
bebas pada daerah perakaran dan jaringan tanaman padi, seperti Pseudomonas
spp., Enterobacteriaceae, Bacillus, Azotobacter, Azospirillum, dan
Herbaspirillum telah terbukti mampu melakukan fiksasi N2 (James and Olivares
1997). Bakteri fiksasi N2 pada rizosfer tanaman gramineae, seperti Azotobacter
paspali dan Beijerinckia spp., termasuk salah satu dari kelompok bakteri
aerobik yang mengkolonisasi permukaan akar (Baldani et al. 1997). Kelompok
prokariotik fotosintetik, seperti sianobakter, mampu mempertahankan kesuburan
ekosistem pada kondisi alami lahan pertanian melalui kemampuannya mengikat N2
(Albrecht 1998).
Bakteri
fiksasi N2 yang hidup bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan (rhizobia)
disebut juga sebagai bakteri bintil akar (root nodulating bacteria).
Pemanfaatan rhizobia sebagai inokulan pupuk hayati dapat meningkatkan
ketersediaan N bagi tanaman, yang dapat mendukung peningkatan produktivitas
tanaman kacang-kacangan. Keefektivan inokulasi rhizobia dipengaruhi oleh
kesesuaian inokulan rhizobia dengan jenis dan varietas tanaman dan jenis tanah
yang diinokulasi, serta dipengaruhi oleh factor kompetisi dengan rhizobia
indigenous.
b. Mikroba Pelarut Fosfat
Mikroba tanah
lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman adalah mikroba
pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi pupuk
superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi (jenuh). Namun,
hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral
liat tanah yang sukar larut.
Berbagai
spesies mikroba pelarut P, antara lain Pseudomonas, Microccus,
Bacillus, Flavobacterium, Penicillium, Sclerotium, Fusarium, dan Aspergillus, berpotensi
tinggi dalam melarutkan P terikat menjadi P tersedia dalam tanah (Alexander
1977, Illmer and Schinner 1992, Goenadi et al. 1993, Goenadi dan Saraswati
1993). Mekanisme pelarutan P dari bahan yang sukar larut terkait erat dengan
aktivitas mikroba bersangkutan dalam menghasilkan enzim fosfatase dan fitase
(Alexander 1977) dan asam-asam organik hasil metabolisme seperti asetat,
propionat, glikolat, fumarat, oksalat, suksinat, dan tartrat (Banik and Dey
1982), sitrat, laktat, dan ketoglutarat (lllmer and Schinner 1992).
Menurut
Alexander (1977), mekanisme pelarutan P yang terikat dengan Fe (ferric
phosphate) pada tanah sawah terjadi melalui peristiwa reduksi, sehingga Fe dan
P menjadi tersedia bagi tanaman. Proses utama pelarutan senyawa fosfat-sukar
larut karena adanya produksi asam organik dan sebagian asam anorganik oleh
mikroba yang dapat berinteraksi dengan senyawa P-sukar larut dari kompleks Al-,
Fe-, Mn-, dan Ca- (Basyaruddin 1982). Kemampuan cendawan melarutkan P lebih
besar dibanding bakteri Cendawan dapat melarutkan P hingga dua kali pada pH
4,6-2,9, dan bakteri sekitar 1,5 kali pada pH 6,5-5,1 (Goenadi dan
Saraswati1993).
c. Mikoriza
Mikoriza
berperan meningkatkan serapan P dan unsur mikro Zn, Cu, dan Fe. Hal ini terjadi
melalui percepatan pertumbuhan akar dengan adanya simbiosis jamur tersebut.
Mikoriza memiliki struktur hifa yang menjalar luas ke dalam tanah, melampaui
jauh jarak yang dapat dicapai oleh rambut akar. Pada saat P berada di sekitar
rambut akar, maka hifa membantu menyerap P di tempat-tempat yang tidak dapat
lagi dijangkau rambut akar. Daerah akar bermikoriza tetap aktif dalam
mengabsorpsi hara untuk jangka waktu yang lebih lama dibandingkan dengan akar yang tidak
bermikoriza (Simanungkalit 2007).
Berbagai
tanaman berbeda ketergantungannya terhadap mikoriza. Pada umumnya hubungan
simbiosis antara tanaman dan cendawan mikoriza tidak bersifat spesifik, tetapi
memiliki spektrum yang luas. Sebagai contoh, 10 spesies cendawan mikoriza dapat
mengkolonisasi dan efektif pada jagung dan kedelai (Simanungkalit 1997, Lukiwati
dan Simanungkalit 1999). Tanaman dengan akar besar lebih tergantung pada
mikoriza daripada tanaman dengan sistem akar yang memiliki rambut akar banyak
dan panjang (Baylis 1970). Cendawan mikoriza dapat bersimbiosis dengan tanaman
pangan, hortikultura, kehutanan, dan perkebunan.
d. Bakteri Pereduksi Sulfat
Degradasi
bahan organik di lingkungan anerob dapat terjadi melalui proses reduksi sulfat
(Sherman et al. 1998). Reduksi sulfat hampir mencapai 100% dari total emisi CO2
dari sediment mangrove (Kristensen et al. 1991). Bakteri pereduksi sulfat yang
terdiri atas Desulfovibrio, Desulfotomaculum, Desulfosarcina, dan Desulfococcus
mempunyai kemampuan memetabolisme senyawa sederhana, seperti laktat, asetat,
propionat, butirat, dan benzoat.
Perkembangan
populasi bakteri pereduksi sulfat terhambat pada ketersediaan sulfat di ambang
batas 2-10 µM per liter. Ketersediaan Fe dan P dalam sedimen mangrove
bergantung pada aktivitas bakteri pereduksi sulfat (Sherman et al. 1998). Pada
saat sulfat direduksi oleh bakteri pereduksi sulfat maka senyawa sulfur H2S dan
HS akan diproduksi dan bereaksi dengan Fe. Fe direduksi dari Fe(III) menjadi
Fe(II), yang akan menghasilkan pirit (FeS2) dan melepas P terlarut. Bakteri
pereduksi sulfat merupakan perombak bahan organik utama dalam sedimen anaerob,
dan berperan penting dalam mineralisasi sulfur organik dan produksi Fe dan P
mudah larut.
e. Mikroorganisme Penghasil Zat Pemacu
Tumbuh
Beberapa
spesies bakteri rizosfer (di sekitar perakaran) yang mampu meningkatkan
pertumbuhan tanaman sering disebut Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
atau Rhizobakteria Pemacu Pertumbuhan Tanaman (RPPT). RPPT terdiri atas genus
Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum, Bacillus, Arthrobacter, Bacterium,
Mycobacterium, dan Pseudomonas (Tien et al. 1979, Kloepper et al. 1980,
Kloepper 1983, Schroth & Weinhold 1986, Biswas et al. 2000).
Kelompok
mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan
Azotobacter sp. Bakteri pemacu tumbuh secara langsung memproduksi fitohormon
yang dapat menginduksi pertumbuhan. Metabolit yang dihasilkan selain berupa
fitohormon, juga antibiotik, siderofor, sianida, dan sebagainya. Fitohormon
atau hormon tumbuh yang diproduksi dapat berupa auksin, giberelin, sitokinin,
etilen, dan asam absisat.
Bakteri
pemacu tumbuh secara tidak langsung juga menghambat patogen melalui sintesis
senyawa antibiotik, sebagai kontrol biologis. Beberapa jenis endofitik
bersimbiosis mutualistik dengan tanaman inangnya dalam meningkatkan
ketahanannya terhadap serangga hama melalui produksi toksin, di samping senyawa
anti mikroba seperti fungi Pestalotiopsis microspora, danTaxus walkchiana yang
memproduksi taxol (zat antikanker) (Strobel et al. 1999).
f. Mikroba Perombak Bahan Organik
Mikroorganisme
perombak bahan organik atau biodekomposer adalah mikroorganisme pengurai serat,
lignin, dan senyawa organik yang mengandung nitrogen dan karbon dari bahan
organik (sisa-sisa organik dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah mati).
Mikroba perombak bahan organik terdiri atas Trichoderma reesei, T. harzianum,
T. koningii, Phanerochaeta crysosporium, Cellulomonas, Pseudomonas,
Thermospora, Aspergillus niger, A. terreus, Penicillium, dan Streptomyces.
Fungi perombak bahan organik umumnya mempunyai kemampuan yang lebih baik
dibanding bakteri dalam mengurai sisa-sisa tanaman (hemiselulosa, selulosa dan
lignin). Umumnya mikroba yang mampu mendegradasi selulosa juga mampu
mendegradasi hemiselulosa (Alexander 1977). Menurut Eriksson et al. (1989),
kelompok fungi menunjukkan aktivitas biodekomposisi paling nyata, yang dapat
segera menjadikan bahan organik tanah terurai menjadi senyawa organik
sederhana, yang berfungsi sebagai penukar ion dasar yang menyimpan dan
melepaskan hara di sekitar tanaman.
Mikroba
perombak bahan organik secara alami atau sengaja diinokulasikan untuk
mempercepat pengomposan dan meningkatkan mutu kompos. Jumlah dan jenis
mikroorganime turut menentukan keberhasilan proses dekomposisi atau
pengomposan. Di dalam ekosistem, mikroorganisme perombak bahan organik memegang
peranan penting karena sisa organik yang telah mati diurai menjadi unsur-unsur
yang dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk hara mineral N, P, K, Ca, Mg, dan
atau dalam bentuk gas yang dilepas ke atmosfer berupa CH4 atau CO2. Dengan
demikian terjadi siklus hara yang berjalan secara alamiah, dan proses kehidupan
di muka bumi dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Beberapa
enzim yang terlibat dalam perombakan bahan organik antara lain adalah
β-glukosidase, lignin peroksidase (LiP), manganese peroksidase (MnP), dan
lakase, selain kelompok enzim reduktase yang merupakan penggabungan dari LiP dan
MnP, yaitu enzim versatile peroksidase. Enzimenzim ini dihasilkan oleh
Pleurotus eryngii, P. ostreatus, dan Bjekandera adusta (Lankinen 2004). Selain
mengurai bahan berkayu, sebagian besar fungi menghasilkan zat yang besifat
racun, sehingga dapat dipakai untuk menghambat pertumbuhan/perkembangan
organisme pengganggu, seperti beberapa strain T. harzianum yang merupakan salah
satu anggotaAscomycetes. Apabila kebutuhan karbon (C) tidak tercukupi, fungi
tersebut akan menghasilkan racun yang dapat menggagalkan penetasan telur
nematoda. Meloidogyn javanica (penyebab bengkak akar), sedangkan bila kebutuhan
C tercukupi akan bersifat parasit pada telur atau larva nematoda tersebut.
Fungi Zygomycetes (Mucorales) sebagian besar berperan sebagai pengurai amylum,
protein, lemak, dan hanya sebagian kecil yang mampu mengurai selulosa dan
khitin. Inokulan perombak bahan organik telah tersedia secara komersial dengan
berbagai nama, seperti EM-4, Starbio, M-Dec, Stardek, dan Orgadek.
g. Jenis Mikroba Penyubur Tanah Lainnya
•Azotobacter SP berfungsi untuk melindungi atau menyelimuti hormon tumbuhan dan juga berfungsi sebagai mikroba penambat N (nitrogen) dari udara bebas.
•Azoospirilium SR berfungsi sebagai penambat N (nitrogen) dari udara bebas untuk diserap oleh tanaman.
•Selulolitik Menghasilkan enzim selulose yang berguna dalam proses pembusukan bahan organik.
•Rill kroba Pelarut Fosfat berfungsi untuk melarutkan fosfat yang terikat dalam mineral Hat tanah menjadi senyawa yang mudah diserap oleh tanaman, selain itu dapat membantu proses dekomposisi.
•Pseudomonas sp dapat menghasilkan enzim pengurai yang disebut lignin berfungsi juga untuk memecah mata rantai dari zat-zat kimia yang tidak dapat terurai oleh mikroba lainnya.
•Nitrosococcus merupakan bakteri yang memiliki metabolisme berbasis oksigen. Berperan dalam proses penambahan kesuburan tanah (membentuk humus).
•Nitrosomonas merupakan sebuah bakteri berbentuk batang yang terdiri dari genus chemoautotrophic. berperan dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Mikroorganisme dalam
Tanah
Pada umumnya biomassa kebanyakan
kelompok mikroorganisme menurun jumlahnya dengan meningkatnya kedalaman tanah,
kecuali pada gambut.
Tabel 1. Distribusi mikroorganisme dalam horison dari suatu profil tanah
Tabel 1. Distribusi mikroorganisme dalam horison dari suatu profil tanah
Setiap
spesies mikroorganisme mempunyai persyaratan tertentu untuk pertumbuhannya dan
jika lingkungannya tidak sesuai, pertumbuhan atau aktivitasnya akan menurun
sehingga mempengaruhi total populasinya.
a. Temperatur
Berdasar temperatur mikroorganisme
terbagi atas golongan psikrofil (<50C optimum serupa mesofil), mesofil
(optimum antara 250C dan 370C) dan termofil (optimum antara 550C dan 650C) .
b. Tekanan Osmotik
Pada umumnya mikroorganisme
mempunyai daya adaptasi yang cukup terhadap tekanan osmotik dari lingkungan
hidupnya. Protoplasma mikroorganisme yang normal mempunyai kadar solute yang
lebih tinggi dari tekanan osmotik lingkungan hidupnya. Kedaan ini menyebabkan
kecenderungan air masuk ke sel, sehingga turgor sel dapat dipertahankan.
c. Tegangan Permukaan
Hal ini berkaitan dengan kelembaban
dimana distribusi mikroorganisme dalam tanah tidak merata dan terutama terdapat
pada bagian organik dari partikel tanah yang mengandung cukup air. Dalam hal
ini bahan organik sebagai sumber nutrien dan air berfungsi dalam metabolisme
mikroorganisme (transpor nutrien dari luar sel ke dalam sel dan untuk proses
metabolisme). Di dalam tanah, mikroorganisme umumnya aktif pada kelembaban >
15 bar (kapasitas lapang 1/3 bar, titik layu 15 bar). Beberapa mikroorganisme
yang termasuk fungi dan khamir dapat tumbuh pada tekanan 70 bar.
d. Fenomena Adsorpsi
Partikel liat sering berukuran sama
dengan ukuran bakteri, bahkan liat bisa lebih kecil. Bakteri dan liat mempunyai
muatan sehingga keduanya dapat berinteraksi, sebab muatan pada sel dan liat
terpolarisasi atau diperantarai oleh ion metal.
e. Air
Air mempengaruhi aktivitas
mikroorganisme sebab air merupakan komponen utama dari protoplasma. Air yang
berlebih akan membatasi pertukaran gas sehingga menurunkan suplay O2,
lingkungan akan menjadi anaerob.
f. pH
pH mempengaruhi tidak saja aktivitas
mikroorganisme tetapi juga keragaman spesiesnya. Streptomyces (Actinomycetes)
tidak akan tumbuh pada pH < 7,5. Pada umumnya kebanyakan mikroorganisme
tumbuh optimum pada kisaran pH 6 – 8. Meskipun demikian mikroorganisme juga
masih dapat tumbuh dengan baik diluar kisaran pH tersebut. Fungi umumnya lebih
tahan terhadap pH masam, bakteri belerang dapat tumbuh pada pH 0 – 1,
sebaliknya Actinomycetes sangat peka terhadap pH < 5.
g. Nutrien (hara)
Terjadinya perubahan nutrien dapat
menyebabkan perubahan komponen sel (RNA), protein dan kecepatan tumbuh (medium
kaya, medium miskin).
Disamping sifat fisik dan kimia tanah, faktor
biologi juga mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, seperti interaksi antara
mikroorganisme dan pengaruh tumbuhan tingkat tinggi.Interaksi Antara Mikroorganisme meliputi : Netralisme, Kompetisi, Mutualisme, Komensalisme, Amensalisme (antagonisme), Sinergisme, Parasitisme, Predatorisme. Sedangkan pengaruh tumbuhan tingkat tinggi meliputi lingkungan hidup di daerah sistem akar yang disebut rhizosfer.
Terima kasih kak ini sangat membantu
ReplyDelete