Penyakit Hawar Daun Pada Tomat Beserta Gejala dan Pengendaliannya
Tomat merupakan salah satu komoditas sayuran yang penting di Indonesia. Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans (Mont.) de Bary adalah penyakit yang sangat penting pada tanaman kentang dan tomat di Indonesia (Semangun, 1989). Penyakit ini mempunyai makna sejarah yang penting di Eropa, karena pada periode 1830-1845 telah menimbulkan kerusakan pada pertanaman kentang di Eropa dan Amerika. Kerusakan yang ditimbulkan penyakit tersebut telah menimbulkan kelaparan besar di Irlandia yang mengakibatkan ratusan ribu penduduk meninggal. Peristiwa ini dikenal dalam sejarah sebagai The Great Famine (Romero dan Erwin, 1969; Semangun, 1989). Sejak saat itu, penyakit ini telah menjadi kendala utama produksi kedua komoditas pertanian tersebut di dunia, terutama di daerah yang beriklim sejuk dan lembab (Mehrotra, 1980). Pada kentang, patogen hawar daun mula-mula dideskripsi di Perancis pada tahun 1845 oleh Montagne dan pada tomat oleh Payen tahun 1847. Pada tahun 1876, setelah melakukan penelitian selama bertahun-tahun, Anton de Bary mengukuhkan nama patogen P. infestans (Mont.) de Bary (Sherf dan Macnab, 1986) sebagai penyebab penyakit hawar daun pada kentang.
Penyakit hawar daun sangat merusak
dan sulit dikendalikan, karena P. infestans merupakan jamur patogen yang
memiliki patogenisitas beragam. Pada umumnya, patogen ini berkembangbiak secara
aseksual dengan zoospora, tetapi dapat juga berkembangbiak secara seksual
dengan oospora. Jamur ini bersifat heterotalik, artinya perkembangbiakan
secara seksual atau pembentukan oospora hanya terjadi apabila terjadi mating
(perkawin-an silang) antara dua isolat P. infestans yang mempunyai mating
type (tipe perkawinan) berbeda. Menurut Nishimura et al. (1999), hingga
saat ini, di dunia hanya dijumpai dua mating type P. infestans, yaitu A1
dan A2. Mating type A1 merupakan mating type yang paling dominan
dan tersebar luas di dunia, sedangkan mating type A2 relatif terbatas,
terutama dijumpai di Mexico (Nishimura et al., 1999). Keberadaan kedua mating
type tersebut telah memberi peluang terjadinya perkawinan silang, sehingga
terbentuk oospora yang berakibat munculnya berbagai strain atau ras baru P.
infestans yang sangat beragam ciri-cirinya, terutama virulensinya tanaman
inangnya (Romero dan Erwin, 1969). Pembentukan ras baru sering terjadi dan
dalam waktu yang relatif singkat, sehingga mempersulit upaya pengendalian
menggunakan varietas tahan. Akhir-akhir ini, sebaran populasi P. infestans yang
beragam telah dilaporkan dari berbagai wilayah di Eropa, Amerika Serikat, Amerika
Tengah, dan Amerika Selatan, tetapi laporan dari Asia masing sangat terbatas.
Di Indonesia, mating type A2 juga telah ditemukan (Nishimura et al., 1998).
Berbagai teknik telah digunakan oleh para peneliti untuk mengkaji keragaman
ciri-ciri P. infestans, baik menggunakan teknik yang konvensional maupun
teknik molekuler. Beberapa teknik molekuler yang telah digunakan di antaranya adalah
analisis allozyme, uji kepekaan terhadap metalaxyl, dan anali-sis genomik DNA
dari isolate P. infestans.
Di Indonesia, hawar daun atau busuk daun
(P. infestans) merupakan penyakit yang sangat penting pada tanaman kentang dan tomat
Penyakit ini telah dijumpai sejak awal kedua tanaman tersebut dibudidayakan
oleh petani, yaitu pada tahun 1794 (LIPI, 1980). Diduga penyakit ini semula
berasal dari bibit kentang yang diimpor dari Eropa. Di lapang, penyakit ini
mula-mula menyerang daun kentang atau tomat. Pada infeksi yang berat seluruh
daun yang terinfeksi membusuk, sehingga akhirnya tanaman mati. Penyakit ini
juga dapat menyerang umbi kentang, meskipun di Indonesia jarang ditemukan
gejala infeksi pada umbi (Ferling dan Iskandar, 1995). Menurut Direktorat perlindungan
Hortikultura (2002), serangan patogen hawar daun kentang selama tahun 2001
terjadi mulai bulan Oktober dan intensitas penyakit tertinggi terjadi pada
bulan November (Gambar 1). Intensitas penyakit yang paling rendah terjadi pada
bulan Juli, Agustus, dan September, karena pada bulan-bulan tersebut musim
kemarau, curah hujan dan kelembaban udara rendah. Infestasi penyakit hawar daun
kentang tertinggi di Indonesia adalah Provinsi Jawa Tengah, karena Provinsi ini
memiliki area pertanaman kentang yang paling luas, yaitu di Kabupaten Wonosobo.
Kerusakan oleh penyakit hawar daun dapat mengakibatkan penurunan hasil antara
10-100% (Suryaningsih, 1999). Di Belarusia (1999), P. infestans dapat menyerang
daun-daun tanaman bagian atas (daun muda) pada awal periode pertumbuhan
vegetatif tanaman dengan tingkat kerusakan daun mencapai 80-100% pada varietas
yang ber-umur genjah, dan 70-80% pada varietas yang berumur sedang dan dalam
(Anoshenko,1999). Hasil pe-nelitian Sengooba dan Hakiza (1999), menunjukkan bahwa
kehilangan hasil dapat melebihi 90%, jika pathogen menyerang kultivar yang
rentan pada awal pertanaman. Penelitian yang dilakukan di Ethiopia, Kenya, Rwanda,
Uganda, dan Burundi menunjukkan bahwa kehilangan hasil dapat mencapai 40-70%,
dan besarnya kehilangan hasil sangat tergantung baik pada kerentanan varietas
maupun pada kondisi lingkungan tempat tumbuh
1
Gejala
Daun yang terserang akan timbul bercak berwarna coklat hingga
hitam. Awalnya pada sisi daun atau pada ujung daun hanya tertampak beberapa
millimeter saja. Namun akhirnya meluas keseluruh bagian daun hingga tangkai
daun. Penyakit hawar daun ini menyerang pangkal daun, menimbulkan bercak
berwarna hijau hingga coklat dan berair. Bercak dikelilingi oleh massa spongaria yang berwarna putih dengan lalat
belakang hijau kelabu. Pada serangan lebih lanjut, penyakit ini dapat menyebar
ke bagian batang, tangkai dan buah tomat
Faktor yang Mempengaruhi
·
Berkembang dengan baik pada musim hujan
·
Kondisi lingkungan lembab (rH di atas 90%) dan
suhu udara sekitar 20°C.
·
Tanaman inang terpenting selain tomat adalah
kentang.
2 Cara Pengendalian
2.1
Non
kimiawi
·
Dengan mengatur waktu tanam dimusim kemarau
·
Pergiliran (rotasi) tanaman dengan jenis yang
bukan inang penyakit hawar daun.
·
Mencabut kemudian membakar tanaman yang
terinfeksi penyakit
·
Tanaman yang berpenyakit jangan dipendam
dan juga jangan di tumpuk di daerah penanaman tomat
·
Menanam benih yang resisten terhdap hama
dan penyakit
.2.2
Kimiawi
Dengan melakukan penyemprotan menggunakan fungisida yang efektif
seperti Difolatan 4 F atau Dithane M-45 0,2%.
I really appreciate your support on this.
ReplyDeleteLook forward to hearing from you soon.
I’m happy to answer your questions, if you have any.
เล่นบาคาร่า
เล่นบาคาร่า
คาสิโนออนไลน์
Many thanks for your kind invitation. I’ll join you.
ReplyDeleteWould you like to play cards?
Come to the party with me, please.
See you soon...
เครดิตฟรี
คาสิโนออนไลน์
เครดิตฟรี
เครดิตฟรี