Faktor Pengendali Iklim Beserta Penjelasannya

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang
Berbicara mengenai agroklimatologi, maka harus mengaitkan mengenai fenomena yang sering terjadi di bumi dan pengaruhnya di bidang pertanian. Agroklimatologi terdiri tari 3 kata yaitu: agro (lahan/pertanian), klimat (iklim) dan logi/logos (ilmu). Jadi dapat disimpulkan bahwa agroklimatologi adalah suatu disiplin ilmu yang menpelajari tentang klimatologi dan kaitannya dengan bidang pertanian. Yang dimaksud dengan klimatologi adalah ilmu yang menerangkan tentang iklim, bagaimana iklim dapat berbeda pada suatu tempat dengan tempat lainnya. Ilmu ini berhubungan dengan cuaca, dimana cuaca dan iklim merupakan salah sau komponen ekosistem alam sehingga kehidupan baik manusia, hewan dan tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh atmosfer dengan proses-proses perbedaan antara cuaca dan iklim.
Secara garis besar, Agroklimatologi mempelajari tentang iklim dan kaitannya dengan pertanian. Iklim sendiri adalah fruktuasi keadaan rata-rata cuaca di waktu yang panjang di suatu area atau daerah yang sangat luas.
Didalam mempelajari tentang iklim kita juga akan mempelajari tentang unsur-unsur iklim dan faktor pengendalinya. Unsur-unsur iklim dan pengendali iklim sangat penting untuk dipelajari karena iklim merupakan salahsatu hal yang sangat penting dalam dunia pertanian. Iklim dapat mempengaruhi hasil produksi pertanian baik itu dari segi kualitas, kuantitas, maupun kontinuitas.
B.  Rumusan masalah
C.  Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor Pengendali Iklim


1.      Pancaran radiasi surya
Matahari adalah sumber energi utama bagi bumi sejak lama dianggap sangat mempengaruhi variabilitas iklim. Pemanasan matahari pada siang hari dan pendinginan pada malam hari dalam skala harian, atau musim panas dan musim dingin dalam skala tahunan, berperan besar pada gerakan massa udara dalam bentuk angin, baik dalam skala lokal maupun global. Demikian juga penguapan air di permukaan bumi oleh matahari sehingga menjadi awan dan dari awan itu turun hujan kemudian airnya mengalir ke tempat yang rendah, tampak jelas peranan matahari dalam siklus hidrologi yang merupakan gerakan massa air.
Dalam penerimaan cahaya matahari di permukaan bumi tidak sama sehingga menyebabkan cuaca yang beragam. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:
·         Bentuk bumi yang bulat
·         Rotasi bumi
·         Revolusi bumi
Perpindahan posisi matahari dari utara ke selatan mengakibatkan terjadi perubahan musim.
Iklim sebagai suatu keadaan cuaca rata-rata jangka panjang ternyata bervariasi atau bahkan berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan itu bisa berasal dari aktivitas manusia (antropogenik) atau dari antariksa (kosmogenik). Dimana diantara dari faktor kosmogenik yaitu pancaran radiasi surya.
Perubahan iklim global yang terjadi dalam beberapa dasawarsa terakhir ini tidak hanya ditentukan dari aktivitas manusia. Aktivitas siklus matahari juga diyakini turut memiliki andil terhadap terciptanya pemanasan global.
"Secara jangka panjang, faktor kosmogenik (aktivitas matahari) memiliki andil dalam perubahan iklim yang terjadi di bumi, meskipun itu tidak sebesar pengaruh yang dipicu faktor antropogenik atau aktivitas manusia," ucap peneliti utama bidang astronomi-astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, di Bandung.
Menurutnya, beberapa peneliti di dunia bahkan menuding bahwa aktivitas matahari dalam memicu perubahan iklim lebih dominan ketimbang faktor manusia. Hal ini ditandai sejumlah parameter, di antaranya memanasnya planet-planet lain di sistem tata surya, khususnya Planet Mars.
2.      Ketinggian tempat diatas permukaan laut
Suhu udara akan semakin rendah seiring dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan laut. Suhu menurun sekitar 0.6oC setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat.
Permukaan bumi merupakan permukaan yang sangat kasar. Sebagai buktinya ada daerah yang landai dan tinggi/curam. Berdasarkan variasi kekasaran, permukaan daratan digolongkan menjadi tiga:
·         Dataran tinggi à > 700 m dpl
·         Dataran menengahà 400-700 m dpl
·          Dataran rendah à < 400 m dpl
Perbedaan dataran tinggi dan dataran rendah
Indicator
Dataran Tinggi
Dataran Rendah
Suhu
Rendah
Tinggi
Tekanan Udara
Rendah
Tinggi
Kelembaban
Tinggi
Rendah

3.      Letak lintang / Derajat Lintang
Garis lintang itu adalah garis maya yang melingkari bumi ditarik dari arah barat hingga ke timur atau sebaliknya , sejajar dengan equator (garis khatulistiwa). Garis lintang terus melingkari bumi, dari equator hingga ke bagian kutub utara dan kutub selatan bumi. Menurut penamaannya, kelompok garis yang berada di sebelah selatan equator disebut Lintang Selatan (S). Sedangkan kelompok garis yang berada di sebelah utara equator disebut Lintang Utara (U). Jarak antar garis dihitung dalam satuan derajat. Garis lintang yang tepat berada pada garis khatulistiwa disebut sebagai 0º (nol derajat). Makin ke utara atau ke selatan, angka derajatnya makin besar hingga pada angka 90º (Sembilan puluh derajat) pada ujung kutub utara atau kutub selatan. Satuan derajat bisa juga disebut Jam sehingga setiap derajat terbagi menjadi 60 menit (diberi symbol ‘) dan setiap menit terbagi lagi menjadi 60 detik (diberi symbol ”). Jika misalnya garis lintang suatu tempat tertulis seperti ini : 57º 27’ 14”S, maka dibaca sebagai 57 derajat 27 menit 14 detik Lintang Selatan. Pada system pemetaan internasional huruf U sebagai Lintang Utara diganti dengan huruf N (North). Sedangkan Lintang Selatan tetap menggunakan huruf S karena Selatan dalam bahasa Inggris (South) juga berawalan huruf S.
Garis Lintang menandakan perbedaan zona iklim di bumi. Daerah diantara garis Khatulistiwa yang diapit oleh garis CANCER dan garis CAPRICORN (antara 23,27 o LU – 23,27 o LS) disebut daerah tropis, karena di sanalah sepanjang waktu matahari bersinar pada siang hari, di daerah ini hanya dikenal 2 musim yaitu musim panas dan penghujan. Sementara daerah antara 23,27o LU dan 66,33oLU serta antara 23,27oLS dan 66,33oLS disebut daerah sub-tropis, di daerah ini dapat terjadi 4 musim yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Sementara di daerah dekat Kutub utara dan selatan (90oLU dan 90oLS) dapat terjadi masa dimana dalam satu hari tidak muncul matahari, atau sebaliknya dalam satu hari matahari selalu bersinar (dikenal dengan istilah matahari tengah malam).
4.      Posisi Terhadap Lautan
Pergerakan air laut meliputi 1/4 dari total penyebaran panas untuk iklim di seluruh dunia, suhu suatu perairan dapat memengaruhi suhu udara di atasnya yang kemudian bersama sama membawa uap air (udara lembab) ke suatu daratan, misalnya angin muson Barat yang lembab yang melewati perairan luas yang kemudian melintasi Indonesia banyak menurunkan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.
5.      Pusat Tekanan Tinggi dan Rendah
Pemusatan tekanan udara tinggi dan rendah menyebabkan dinamika angin. Tekanan tinggi menyebabkan angin bergerak menuju daerah bertekanan rendah. Sebagai salah satu unsur cuaca, pemusatan tekanan sangat berperan sebagai pengendali cuaca. Di daerah pusat- pusat tekanan tinggi maupun rendah menyebabkan cuaca di daerah tersebut berbeda dengan daerah lainnya. Perbedaan tekanan ini dapat dibuktikan dengan adanya pergerakan angin yang relatif cepat. Sehingga dengan adanya pergerakan tersebut, dapat diketahui keadaan cuaca pada saat itu dan prakiraan cuaca untuk hari-hari berikutnya. Prakiraan cuaca ini dapat dilakukan dengan mengukur tekanan udara dan unsur-unsur cuaca lainnya. Selain itu dengan melihat peta isobar, yaitu untuk memperkirakan arah gerakan angin suatu daerah. Karena didalam peta isobar terdapat informasi besarnya tekanan pada garis-garis yang menghubungkan daerah-daerah yang bertekanan sama.
Selanjutnya sebagai pengendali iklim, pemusatan tekanan udara di daerah lintang tertentu menyebabkan angin bergerak dengan arah yang berbeda-beda. Perbedaan arah angin ini juga dipengaruhi oleh gaya coriolis. Arah inilah yang selanjutnya mempengaruhi pemusiman suatu wilayah. Pemusiman ini menjadi karakteristik iklim suatu wilayah. Misalnya akibat pemusatan tekanan udara rendah, Indonesia memiliki iklim tropis dengan dua musim yang dicirikan dengan pergerakan angin akibat pemusatan tekanan tersebut. Sama halnya dengan di daerah lain, akibat pemusatan tekanan udara ini iklim dibagi menjadi empat, yaitu : tropis, subtropis, sedang, dan kutub/dingin. Arah angin di setiaplintang dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
6.      Massa Udara
Massa udara merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan dan perubahan iklim di permukaan  wilayah bumi. Hal ini disebabkan massa udara yang dinamis,  tidak selalu tetap berada di wilayahnya, tetapi dapat bergerak ke wilayah lain. Saat pergerkan massa udara terjadi, pertemuan massa udara yang berasal dari dua wilayah tersebut akan membentuk bidang batas yang disebut front. Massa udara dapat mengalami perubahan sifat. Ini terjadi saat massa udara  meninggalkan sumbernya dan berinteraksi dengan permukaan yang dilalui sehingga  mengubah kestabilan dan sifat dari massa udara tersebut. Sifat-sifat massa udara ini yang akhirnya mempengaruhi iklim di permukaan bumi terutama pada suhu dan kelembapan massa udara.
7.      Arus Laut
Arus laut yang dingin akan menurunkan suhu udara di daratan, sedangkan arus laut panas akan menaikkan suhu di daratan. Misalnya, Arus Teluk Atlantik Utara mempertahankan suhu musim dingin di sepanjang pantai di Eropa Barat di atas 0°C. demikian juga pengaruh arus panas Kuroshiwo pada pantai-pantai di sekitarnya. Arus yang mengarah ke kutub pada umumnya bersifat lebih panas dari pada lingkungan sekitarnya, sehingga dinamakan arus panas. Sebaliknya arus yang menuju equator pada umumnya bersifat dingin dari pada lingkungan sekitarnya, sehingga arus dingin.
Arus panas pada umumnya mengakibatkan peningkatan curah hujan, karena udara di atas lautan banyak membawa uap air. Sebaliknya arus dingin yang sedikit membawa uap air dan bergerak ke daerah lebih panas, kelembaban menjadi turun.
Udara yang terbentuk di atas macam-macam arus laut kadang-kadang dapat bertemu dan sebagian bercampur dan terkondensasi membentuk kabut.
8.      Halangan pegunungan / Topografi
Adanya perubahan suhu, tekanan dan kelembaban disekitar gunung penghalang menghasilkan beberapa fenomena cuaca. Fenomena tersebut adalah angin lembah, angin gunung dan hujan orografis. Berikut adalah penjelasan dari ke tiga fenomena tersebut.
·        Angin lembah adalah angin yang bertiup dari lembah gunung kearah puncak gunung yang terjadi pada siang hari. Terjadinya aliran angin ini disebabkan karena perbedaan kerapatan udara di daerah lembah dan puncak gunung. Pada siang hari puncak gunung menerima panas lebih tinggi dibanding di lembah yang terlindung, udaranya mengembang dan kerapatannya lebih rendah sehingga tekanan udara di puncak gunung lebih rendah dibanding yang ada di lembah, maka terjadilah aliran udara dari lembah menuju ke puncak gunung.
·        Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung menuju ke lembah dan terjadi pada malam hari. Pada malam hari proses pemanasan berhenti dan udara di sekitar puncak pegunungan mengalami pendinginan lebih cepat. Adanya proses pendinginan ini mengakibatkan udara dari puncak gunung turun ke dasar lembah.
·        Hujan terjadi di daerah pegunungan, yaitu massa udara yang berhembus secara horizontal di permukaan terhalang oleh gunung atau bukit-bukit, sehingga massa udara yang mengandung uap air tersebut dipaksa didorong keatas, dan cepat terkondensasi karena suhunya semakin rendah.
Massa udara yang terdorong ke atas berangsur-angsur mengalami kondensasi dengan semakin meningkatnya ketinggian. Percepatan kondensasi ini terjadi karena suhu semakin rendah dengan semakin ke puncak. Namun apabila gunung penghalangnya cukup tinggi maka hujan banyak jatuh sebelum mencapai puncak gunung, karena titik kondensasi sudah mencapai titik maksimum, sehingga ukuran butiran air sudah cukup besar dan segera jatuh sebagai hujan. Akibatnya pada puncak guung yang tinggi pada umumnya cukup gersang, karena kurang air. Efek penghalangan gunung biasanya terasa jelas pada daerah hujan (wind ward). Daerah hujan orografis yang lebat terjadi di sepanjang lereng gunung, biasanya tidak jauh dari titik presipitasi mulai terjadi. Suatu keadaan yang ideal untuk terjadinya hujan orografis yang lebat adalah bila suatu gunung yang tinggi dan berdekatan dengan pantai dimana angin laut tegak lurus terhadap gunung penghalang.
Gunung penghalang erat kaitannya dengan tiga gejala alam diatas. Dengan adanya gunung penghalang, cuaca dan iklim disekitarnya mengalami curah hujan yang cukup tinggi dan mengalami angin lokal.
Dataram tinggi sebagai pembatas temperatur. Karena fungsi dataran tinggi sebagai penghalang atau barier terhadap pergerakan massa udara yang bebas. Biasanya dataran tinggi berperan sebagai pelindung terhadap kawasan bayangan disisi anginnya. Akibatnya adalah timbulnya gradien temperatur horizontal yang tajam.



BAB III  PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA


Comments

Popular posts from this blog

Penyerapan Air Oleh Tanaman

Mekanisme Transpirasi dan Adaptasi Tanaman Terhadap Kekurangan Air